Wednesday, March 29, 2017

Teknik Membuat Cerpen Sederhana Dan Menarik

 Banyak orang suka bercerita, bahkan cerita yang mengada-ada.  Kalau perlu bohong pun bisa,  yang penting bisa cerita. 
Padahal,  kalau cerita itu dimanagement dengan baik,  akan mendatangkan pundi-pundi dollar.  Bahkan setiap orang bisa membacanya,  kapan saja di mana saja. 
Apakah anda suka membaca cerpen?  Cerpen jenis apa yang paling anda sukai? Humor dewasa,  remaja, anak-anak,  percintaan, petualangan,  atau cerita kuno?
Begitu banyak jenis cerpen yang bisa kita pilih.

Semua jenis cerpen saya suka.  Apalagi bila disampaikan dengan gaya yang imajinatif,  penuh khayal dan mimpi,  bahkan mengaduk- aduk perasaan.  Saya bahkan bisa menangis hanya dengan membaca cerpen. 
Cerpen itu apa sih?
Cerpen itu cerita pendek. Yang bertutur tentang rangkaian sebuah peristiwa.  Bisa dengan tokoh aku atau nama seseorang.  Diawali dengan perkenalan tokoh,  lalu membangun konflik,  menyelesaikan konflik,  dan diakhiri dengan ending sebagai kesimpulan.

Atau anda membalik urutanya. Misalnya seperti dalam film"Titanic"
cerita dalam film itu diawali oleh penuturan seorang nenek sebagai pelaku utama dalam kejadian . Saya juga heran,  kok bisa ya ceritanya bisa sedetail  itu dalam film?  Yah...namanya juga film hahaha...

Dengan membuat cerpen, kita bisa menggiring pembaca dalam sebuah situasi konflik yang menegangkan.  Pertanyaan yang muncul dalam benak pembaca,  akan merangsang fikirannya untuk mengetahui kelanjutan atau ending dari cerita yang anda suguhkan. 
Kesuksesan anda terletak pada kesan yang ditinggalkan pembaca setelah membaca.

Dan berikut ini sepenggal kisah yang akan menginspjrasi anda untuk mengisi blog dengan cerpen. Simak penuturannya.
                                                           "NEMU DOMPET"
Pagi ini sehabis sholat subuh saya tertidur lagi. Bangun pukul 06. lebih sedikit. Dengan mata yang masih sedikit berat untuk dibuka, saya dengar istri saya "mengoceh" tentang peristiwa yang baru saja terjadi. 

Pulang mengantar anak sekolah anak saya yang nomor dua, di jalan nemu dompet. 
"Dompetnya tebal, sepertinya isinya banyak", kata istri saya pada anak yang mbarep yang kebetulan belum berangkat, karena hari ini kegiatan sekolahnya magang di sebuah perusahaan. 

Dengan perasaan malas yang masih bergayut, saya terus menyimak percakapan mereka. 
"Duitnya ratusan ribu semua, dalam dompet yang sepertinya milik seorang laki-laki", saya dengar lagi istri saya bicara. 
"Isinya mungkin 6 sampai 7 jutaan", sambung istri saya. Sepertinya dia faham betul dengan jumlah uang, hanya dengan melihat ketebalannya. Mungkin karena kebiasaannya menghitung uang hasil jualan saya ya? 

Lalu berangsur saya mulai beranjak dari tempat tidur. Menyeruput teh hangat yang terhidang di meja. Dan duduk membuka HP sambil terus menyimak percakapan. 

"Dompetnya saya ambil, lalu saya lihat, lalu saya menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tak seorang pun yang lewat", kata istri saya lagi. Sepertinya ada semacam harapan. Bagaimana tidak? 
Hari ini kami memang sedang butuh biaya, meskipun tak terlalu banyak tapi cukup membuat jidat kami berkerut. Bayar listrik, PDAM, tanggungan bulanan Rt, bayar donasi anak yatim, belanja bulanan dan masih banyak lagi tetek-bengek keperluan lain. 

Dalam kondisi ini saya mulai khawatir jangan-jangan dompetnya dibawa pulang. Dan uangnya sedikit diambil untuk menutup keperluan. 

Saya jadi ingat beberapa waktu lalu. Di sebuah perjalanan ke pasar, dompet saya terjatuh. Uang, surat-surat penting, kartu ATM, juga nota-nota penting ikut raib. Saat kehilangan dompet itu saya benar-benar seperti kehilangan nyawa. lemas, sedih, bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Sampai kemudian uang yang hilang itu terkumpul kembali sedikit demi sedikit dan surat- surat penting bisa diurus. 

Saya kemudian membayangkan orang yang kehilangan dompet tadi. Betapa sedihnya, betapa nelangsanya, entah untuk apapun keperluannya saya yakin yang kehilangan akan mengalami kesedihan yang dalam. 

Lalu berikutnya, istri saya melanjutkan ceritanya. 
"Di depan ada seorang pengendara motor yang kelihatanya terburu-buru". Ah.. saya mulai lega mendengarnya. 

"Saya kejar motornya, tapi malah semakin laju motornya", kata istri saya yang sepertinya kecewa. 

"Malah seperti adegan sinetron. Seorang laki-laki dikejar seorang perempuan. Entah istrinya atau pacarnya", kata istri saya terkekeh. 

"Dipanggil-panggil tidak merespon", kata istri saya membenarkan tindakanya. 

Lalu istri saya memberanikan diri untuk mendahului laki-laki itu dan memaksanya berhenti. 
Kemudian sambil memperlihatkan dompet temuanya istri saya bertanya, ''Ini dompet bapak?" 

Sambil meraba kantung celana belakang yang biasa menaruh dompet, laki-laki itu menjawab, "Sepertinya iya mbak". 

Mendengar jawaban itu istri saya segera menyerahkan dompet temuanya dan melanjutkan perjalanan pulang. 

Beberapa lembar ratusan ribu yang hendak diberikan ditolak dengan halus oleh istri saya sambil berkata "Allah sudah cukupkan rejeki lewat suami saya" 

Dan saya yang mendengarnya hanya bisa berucap AlHAMDULILLAAH.....

Ini hanya sekelumit kisah,  anda bisa mengembangkannya dengan dengan berbagai bahasa majas,  agar alur ceritanya bisa lebih hidup.  
Gali lagi imajinasi anda,  banyak thema menarik dan inspiratif yang bisa dijadikan bahan rujukan.  Kalau anda mampu konsisten menulis cerpen dalam berbagai thema,  branding anda sebagai blogger dan cerpenis akan terbangun secara alami.  Selamat mencoba,  dan sukses untuk anda


EmoticonEmoticon